Tuesday 20 September 2011

CONTOH TOLERANSI BERAGAMA DARI SDN 03 SUMOGAWE

GETASAN - Apa yang dilakukan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 03 Sumogawe, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, layak menjadi contoh bagi kerukuman umat beragama di Indoensia. SDN Sumogawe yang didukung tokoh masyarakat setempat membuat terobosan dengan mendirikan gedung pembelajaran agama Islam, Kristen, dan Buddha.
Bangunan tersebut masing-masing berupa mushala, gereja, dan vihara dengan ukuran 6×6 meter, berada di sudut halaman sekolah dengan posisi berjejer. Penggunaan gedung tersebut rencananya akan diresmikan pada Sabtu (10/9) lalu oleh Bupati Semarang Mundjirin dengan penandatanganan prasasti. Sayangnya, Bupati berhalangan hadir pada kesempatan itu.
Meski begitu acara peresmian yang juga bersamaan halabihalal itu tetap dilanjutkan dengan dihadiri Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang Dewi Parmuningsih, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Semarang Subadi, Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Semarang yang juga Ketua gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA) Zaenal Abidin, dan Camat Getasan Tri Martono, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Semarang Bambang Irianto, serta para wali murid SD Sumogawe 03.
Peresmian penggunaan gedung dilakukan dengan pembukaan pintu pertama oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Semarang Subadi dilanjutkan dengan sujud syukur di mushala. Di bagian lain ketua GNOTA menghimpun dana sukarela dengan mengedarkan kotak peduli sahabat yang mendapat respons dari peserta yang hadir, di antaranya Wakil Ketua DPRD Kabupaten Semarang Bambang Irianto.
Rp 120 Juta
Kepala Sekolah SDN Sumogawe 03 Budiyanto menjelaskan, dana yang diperlukan untuk membangun gedung pembelajaran tiga agama ini mencapai Rp 120 juta. Seluruh dana itu merupakan partisipasi masyarakat sekitar yang sangat peduli akan kerukunan umat beragama seperti dewan guru, wali murid, dan donatur yang sifatnya sukarela.
"Bukan hanya pihak sekolah yang berinisiatif membangun gedung pembelajaran tiga agama ini. Masyarakat sangat mendukung terbukti mereka berpartisipasi dengan menyumbang dana untuk pembangunan ini. Sementara ini kami tidak disubsidi pemerintah sehingga murni dana masyarakat," katanya.
Budiyanto menjelaskan, karakteristik siswa di SD Sumogawe 03 ini memiliki latar berakang agama yang hampir merata. Dia menyebut untuk siswa beragama Islam berjumlah 85 orang, Kristen/Katolik 67 orang, dan Buddha 28 anak.
"Tujuan kami ingin menjamin anak memperoleh pendidikan agama secara maksimal baik teori maupun praktik. Kami juga menyediakan guru masing-masing guru Agama Islam, Kristen/Katolik, dan Budha. Gedung ini hanya untuk intern di sekolah kami," katanya.
Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Semarang Zaenal Abidin merespons posistif gagasan dibangunnya gedung pembelajaran agama secara berdampingan. "Ini layak menjadi percontohan bahwa sekelas SD saja bisa memiliki semacam labolatorium kerukunan beragama. Setidaknya kerukunan beragam tak hanya jargon tetapi perbuatan. Saya kira apa yang dilakukan di SD Sumogawe 03 ini sangat positif untuk pembelajaran bahwa perbedaan merupakan anugrah," katanya.
Sumber: Suara Merdeka, 12 September 2011

No comments: